Minggu, 06 November 2011

Manajemen Lokal/Manajemen Berbasis Sekolah

J
akarta, 31 oktober  2011, pada pertemuan kemarin di ruang 306 gedung daksinapati UNJ, Kelompok Kedua Manajemen Pendidikan Nasional yang terdiri dari saya (Muhammad Ikhzaruddin), Dinda Febrianti, Rusbiansyah Perdana Kusuma, dan Sifanisa Aulia menjelaskan tentang Manajemen Lokal atau yang dikenal dengan Manajemen Berbasis Sekolah. Manajemen Lokal pertama kali dicetuskan oleh Negara Inggris yang diprakarsai para pendukung politik yang mengklaim bahwa Manajemen Lokal/ Manajemen Berbasis Sekolah diperlukan dalam rangka meningkatkan kualitas dan standar pendidikan yang diberikan oleh sekolah. Seperti dalam Undang – Undang Pendidikan tahun 1988 yang dibacakan oleh Kerneth Baker, Sekretaris Negara untuk Pendidikan, “RUU ini akan menciptakan sebuah kerangka kerja baru, yang akan meningkatkan standar, memperluas pilihan dan menghasilkan Inggris yang lebih berpendidikan”. Kemudian Negara Skotlandia lewat Kantor Dinas Pendidikan (SOED) juga membuat klaim serupa bahwa pelimpahan keuangan dan manajerial dengan memberikan sekolah fleksibelitas yang lebih besar dan meningkatkan kualitas pengambilan keputusan merupakan bagian penting dari tujuan keseluruhan pemerintah dalam meningkatkan standar belajar dan mengajar di sekolah. Lalu Australia juga memproklamirkan prinsip tersebut yang terdapat pada Komisi Sekolah Australia 1973 : 10 yang berisi “tanggung jawab akan paling efektif bila diserahkan kepada orang yang dipercayakan dengan membuat keputusan juga orang yang bertanggung jawab untuk membawa mereka keluar, dengan kewajiban untuk membenarkan mereka dan dalam posisi untuk keuntungan dari pengalaman mereka”. Selandia Baru menganggap desentralisasi dari sistem pendidikan sangat kuat termotivasi oleh keinginan untuk respon yang lebih besar lewat satuan tugas The Picot mereka mengungkapkan “anggota datang untuk percaya bahwa devolusi kekuasaan pengambilan keputusan, sumber daya, dan akuntabilitas merupakan cara yang efektif untuk mengubah keseimbangan kekuasaan antara penyedia layanan dan klien”, selanjutnya mereka menganggap bahwa ini akan mengarah pada institusi yang lebih besar, dan karenanya sistem, responsive. Selanjutnya di Edmonton, Kanada para ahli berpendapat bahwa inefisiensi penggunaan sumber daya. Kurangnya pemberdayaan guru dan ketidakmampuan Kabupaten untuk pengendalian mutu di sekolah, endemic dalam sistem yang sangat birokratis merupakan salah satu alasan utama untuk mengembangkan Manajemen Berbasis Sekolah.

Dari pernyataan diatas, dapat disimpulkan bahwa Manajemen Berbasis Sekolah bertujuan untuk meningkatkan kinerja sekolah melalui pemberian kewenangan dan tanggung jawab yang lebih besar kepada sekolah yang dilaksanakan berdasarkan prinsip-prinsip tata kelola sekolah yang baik yaitu partisipasi, transparansi, dan akuntabilitas. Peningkatan kinerja sekolah yang dimaksud meliputi peningkatan kualitas, efektivitas, efesiensi, produktivitas, dan inovasi pendidikan beserta uraiannya termasuk kinerja sekolah merupakan kriteria untuk menilai pengelolaan Manajemen Lokal atau Manajemen Berbasis Sekolah. Efisiensi maksudnya melakukan suatu usaha yang minimum untuk menghasilkan output yang maksimum. Efektivitas adalah seberapa baik program atau kegiatan mencapai tujuan. Nilai uang yaitu berusaha untuk memberikan layanan yang terbaik dengan sumber daya yang tersedia. Keadilan adalah kebutuhan menyeimbangkan dan menyelesaikan ketegangan antara kepentingan individu dan kelompok.

Manajemen Berbasis Sekolah juga memberikan manfaat secara spesifik yakni memungkinkan orang – orang yang kompeten di sekolah untuk mengambil keputusan yang akan meningkatkan pembelajaran, memberi peluang bagi seluruh anggota sekolah untuk terlibat dalam pengambilan keputusan penting, mendorong munculnya kreativitas dalam merancang bangun program pembelajaran, mengarahkan kembali sumber daya yang tersedia untuk mendukung tujuan yang dikembangkan di setiap sekolah, menghasilkan rencana anggaran yang lebih realistic ketika orang tua dan guru makin menyadari keuangan sekolah, batasan pengeluaran, dan biaya program – program sekolah, meningkatan motivasi guru dan mengembangkan kepemimpinan baru di semua level.

Selain manfaat, ternyata Manajemen Berbasis Sekolah dapat memiliki hambatan antara lain tidak berminat untuk terlibat maksudnya seorang guru akan enggan melaksanakan tugas tambahan jika tugas utamanya belum terlaksanakan, tidak efisien maksudnya pengambilan keputusan yang dilakukan secara partisipatif akan membuat frustasi dan lebih lamban, pikiran kelompok yang kohesiv, memerlukan pelatihan, kebingungan atas peran dan tanggung jawab baru, kesulitan koordinasi, dan MBS yang berhubungan dengan prestasi belajar. Hambatan – hambatan tersebut dapat teratasi dengan strategi berikut seperti menciptakan prakondisi yang kondusif, membangun budaya sekolah (school culture) yang demokratis, transparan, dan akuntabel, pemerintah pusat harus lebih memainkan peran monitoring dan evaluasi, dan mengembangkan model program pemberdayaan sekolah.

Manajemen Lokal atau Manajemen Berbasis Sekolah memberikan dampak untuk sekolah seperti menciptakan rasa tanggung jawab melalui administrasi sekolah yang lebih terbuka. Keterbukaan ini telah meningkatkan kepercayaan, motivasi, serta dukungan orang tua, dan masyarakat terhadap sekolah. Lalu pelaksanaan PAKEM (pembelajaran aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan) atau Pembelajaran Konstektual dalam MBS, dapat mengakibatkan peningkatan kehadiran anak di sekolah, karena mereka senang belajar dan akan meningkatkan pendidikan di setiap Negara.(Muhammad Ikhzaruddin) image copyrights

Tidak ada komentar:

Posting Komentar